MANUVERNEWS.COM | BEKASI Pemerintah Desa Sukajaya membenarkan kejadian seorang warga perumahan Gramapuri Persada Blok F, RT 05/07 Desa Sukajaya, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi yang ditolak di makamkan di TPU Sukajaya.
“Ya betul ditolak sama pengurus makam dan kejadian ini sudah dua kali terjadi” kata Kades Sukajaya, Amang saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Kamis (21/12/2023).
Lebih lanjut dia menceritakan, saat itu dirinya sudah menugaskan beberapa tukang gali makam ke TPU Sukajaya. Lantaran ada penolakan, akhirnya Amang memerintahkan untuk mencari pemakaman lain. Dia juga menegaskan akan memanggil pihak pengelola TPU Sukajaya.
“Nanti, penggali makam itu akan kami minta keterangan lebih dahulu. Akan kami suratin untuk dipanggil dan dimusyawarahkan di desa,” tegas Amang.
Ironisnya menurut Amang, penolakan pemakaman tersebut diduga mengandung unsur politik. Lebih jelasnya, ada dugaan kuat warga yang meninggal tidak mendukung seorang oknum calon anggota legislatif DPRD Kabupaten Bekasi dari Partai Golkar yang saat ini menguasai TPU Sukajaya.
Amang menambahkan, oknum caleg yang dimaksud yaitu dari caleg Golkar DPRD Kabupaten Bekasi Dapil 2 Cikarang Barat.
“Yonex sudah tidak jadi pengurus makam, tapi dia masih menguasai (TPU),” tutup Amang.
Sebelumnya, menurut keluarga korban, Andi Nugroho (42) pihaknya berencana memakamkan almarhum di TPU desa Sukajaya namun oleh pihak pengelola dipersulit, bahkan tidak mau menemui Kel yg berduka, dengan alasan yang tidak jelas.
“Ya dipersulit, dan terkesan menolak dikuburkan di TPU tersebut, saya sudah bertemu pengelola malah ditinggalkan, ” ungkapnya pada media saat ditemui dirumah duka.
Andi juga mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak pemerintah desa dalam hal ini kepala desa, namun tetap saja tidak menemui titik terang sehingga memaksa jenazah saudaranya itu harus dimakamkan di TPU Desa Kalijaya Kecamatan Cikarang Barat.
“Bahkan sampai ditemui Kades untuk meminta izin, tetap saja mentok dan ditolak pengelola TPU,” terangnya
sudah jatuh dan tertimpa tangga mungkin itu istilah yang tetap untuk Andi dan keluarga, ditengah sedihnya kehilangan saudara ia juga harus bersusah payah mencari pemakaman, padahal mereka sebagai warga yang sudah mempunyai KTP dan membayar pajak dengan taat. Andi juga menduga kejadian ini bermotif perbedaan politik menjelang pesta demokrasi.
“kami punya KTP dan kami pun disini bayar pajak, kenapa kami masih dipersulit, apa karena ini moment politik menjelang pemilu,” tandasnya.
Andi juga berharap ada perhatian khusus dari pemerintah daerah dan pihak yang berwenang untuk bisa menyikapi kejadian tersebut supaya tidak terjadi pada warga lain.
“Tolong pemerintah daerah atau dinas terkait agar melakukan evaluasi terhadap kejadian ini supaya tidak terulang,” Tandasnya.(Naan)